Posted inOpini

SEREMPUAN

Spread the love

Maraknya kejahatan yang menimpa pada kaum perempuan pada akhir-akhir ini, menambah keprihatinan bagi yang terbiasa membaca perubahan alam. Walau faktanya mayoritas orang sudah tidak peduli atas apapun yang terjadi di muka bumi. Bisa karena tidak mampu merasakan perubahan alam dan bisa juga saking bebalnya daya nalar. Atau bisa juga karena saking seringnya terjadi kejahatan semua tanpa sadar menjadi tidak peduli. Akhirnya kejahatan-kejahatan yang terjadi pada kaum perempuan hanya menjadi sepenggal peristiwa yang mulai lazim dan biasa-biasa mawon terjadi dimana-mana. Pemerkosaan, pembunuhan, penipuan, prostitusi, ditambah perselingkuhan yang makin jamak terjadi di seluruh lapisan masyarakat. Hasilnya semua perlakuan buruk pada perempauan menjadi sebuah kewajaran. Sungguh situasi mental masyarakat yang sangat parah, namun menjadi terasa baik-baik saja karena semua memang lagi tidak sehat jiwanya.

Ketika kaum perempuan sudah tidak pada posisi yang semestinya, salah satu akibatnya adalah terciptanya generasi yang amburadul, karena lahir dari perempuan-perempaun yang sudah kehilangan kewanitaannya. Dalam arti perempuan-perempuan yang sudah tidak memiliki harga diri, kehormatan, entah karena perbuatannya sendiri maupun faktor eksternal yang membuat mereka kehilangan kehormatannya.
Tentu tidak mudah menjadi perempuan pada jaman ini. Status sosial yang disandang kaum perempuan yang masih sebagai kelas dua yang mana esensi kaum perempuan tidak lepas dari seputar Dapur, Sumur dan Kasur. Menjadikan mereka sulit bergerak walau sekedar untuk mengekspresikan keberadaannya atau eksistensinya yang utuh sebagai manusia dengan jenis kelamin perempuan. Dominasi kaum lelaki memang masih terlalu kental. Sekental getah nangka yang mampu mengikat apa saja.

Perlu tindakan konkrit yang mana ruang perempuan diperluas eksistensinya. Namun faktor internal pada perempuan itu sendiri juga harus dipupuk agar tumbuh menjadi wanita yang sebenarnya. Ini tidak harus selalu dihubungkan dengan suatu agama. Kebaikan atau keluhuran budi sudah semestinya dimiliki setiap perempuan karena dari mereka akan lahir generasi-generasi berbudi luhur.
Peran kaum lelaki tidak bisa lepas begitu saja. Kelakuaan dan perhatian serta penghormatan pada kaum perempuan adalah mutlak harus ada. Kebobrokan kaum perempuan juga tergantung kualitas mental kaum lelakinya. Apabila kedua jenis kaum tersebut sama-sama bobrok ya tamatlah generasi selanjutnya. Karena dari lelaki dan perempuan yang bobrok mustahil akan lahir bayi-bayi berkualitas tinggi.

Selanjutnya adalah metode agar bangsa ini mampu melahirkan generasi yang unggul. Metode yang tidak melulu urusan lahiriyah. Karena fakta di lapangan yang mana ketika saat ini nguber penampilan yang bagus, sopan, bahkan religious, tidak juga mampu mendongkrak terciptanya generasi istimewa. Yang ada malah sebaliknya.

Kondisi bangsa ini yang hampir disemua aspek sudah rusak, sudah hancur, sudah bobrok, tentu tidak mudah untuk bangkit menjadi bangsa yang terhormat, punya harga diri, apalagi sebagai pelopor paradaban yang benar-benar beradab. Terlalu jauh dan menjadi tidak masuk akal apabila melihat kenyataan yang ada. Cukup sebagai bangsa bermartabat saja sudah kangelan untuk digapai.

Sudah tidak nyambung lagi apabila segala keburukan di negeri selalu menyalahkan pihak lain, atau bangsa lain. Karena bila mau jujur, bangsa kita sendiri yang merusak dirinya sendiri. Sehebat apapun bangsa lain masuk untuk merusak mustahil bisa terjadi apabila bangsa ini punya pendirian sebagai bangsa dan Negara yang independen, merdeka, berdaulat atas dirinya sendiri.

Masa depan bangsa ini ada dibawah telapak perempuan-perempuan Indonesia. Namun sekuat apapun kaum perempuan berjuang semua juga hancur bila laki-laki di negeri ini tidak mampu menjunjung dan menghormati kaum perempuan. Karena saat ini untuk sekedar menjadi orang baik saja harus remuk redam diterjang badai hedonism yang makin ganas. Belum lagi kungkungan dogma-dogma yang mengurung daya nalar perempuan sehingga eksistensi kaum perempuan makin tenggelam di bawah jurang kegelapan. Namun sedikit sekali yang mampu memahami.