Posted inOpini

Ng-Edan

Spread the love

Kecamuk perebutan kekuasaan di negeri ini masih terus akan berlangsung, membungkam jerit tangis mayoritas rakyat yang tertatih-tatih berusaha mempertahankan nyawa agar bisa terus melekat pada raganya. Sementara para tokoh dan pemimpin kelompok masyarakat dengan dalih memperjuangkan nasib rakyat sedang berdiskusi sambil menyantap hidangan penuh gizi. Dan berlimpah.

Pemilu sebagai wujud demokrasi telah menjadi ajang penentu nasib bangsa dan Negara. Masalahnya untuk menang pada pemilu tentu sudah mejadi rahasia umum bahwa segala cara akan dipergunakan oleh seluruh kandidat calon penguasa selanjutnya. Pemilu yang kemudian sering disebut pesta demokrasi lima tahunan itu semakin hingar-bingar nan leluasa karena dijamin konstitusi. Rakyat hanyalah obyek penderita yang harus berjibaku melayani terlaksananya pesta demokrasi tersebut.

Dominasi kekuatan politik demikian pekat menguasai hidup dan kehidupan rakyat pada dewasa ini. Hampir tiap hari ruh politik menjadi skala prioritas dalam setiap gerak-gerik orang-orang partai. Saat ini sudah pada puncak kulminasi betapa pengaruh politik benar-benar mencekeram rakyat. Bangsa ini menjadi terkotak-kotak dan saling mengintimidasi satu sama lainnya. Ditambah peran orang-orang agama yang makin keranjingan ikut terjun bermain dikancah rusuhnya permainan politik. Sehingga tidak ada lagi udara segar yang murni untuk bernafas. Karena segala pikiran dan tindakan sudah terkontaminasi polusi politik. Sungguh situasi yang gelap dari cahaya kebenaran membangun peradaban sebuah bangsa yang sesunguhnya. Semua menjadi serba abu-abu penuh sak wasangka tanpa tepi.

Nampaknya sudah terlambat bagi bangsa ini untuk bisa mentas dari kungkungan politik praktis. Bahkan jalur yang konon suci dalam wujud agama pun sudah dimainkan untuk meraih kemenangan. Benar-benar gelap dari kebenaran karena proporsi darah politik sudah menjadi jalur utama hidup di negeri ini.

Rakyat sudah tidak punya pilihan. Kacamata kuda begitu kuat disematkan pada tiap pasang matanya. Menoleh sedikit saja maka sudah terdengar pecut menyambar di kanan-kiri langkah kakinya. Tidak ada yang bisa dilakukan, selain menyerah pada keadaan kecuali bagi orang-orang yang berani menjalani gaya hidup orang gila. Ngedan!

Dengan mengedankan diri kamu bebas dari polusi politik.
Dengan mengedankan diri kamu bebas melakukan apa saja.
Dengan mengedankan diri kamu bebas dari segala aturan.

Sampai suatu saat nanti para penguasa hasil dari pesta demokrasi mengeluarkan aturan yang mengikat bagi orang-orang yang ngedan. Maka tamatlah riwayat orang ngedan. Pilihannya tinggal satu yakni meninggalkan dunia yang sudah edan ini.