Posted inOpini

Menuju era Pasar Ilang Kumandange

Spread the love

Sebagaimana yang terlihat kondisi pasar-pasar tradisional saat ini. Hidup segan mati tak mau. Terjangan gaya pasar modern begitu dahsyat menggempur pasar-pasar tradisional. Ditambah kehadiran pasar online yang benar-benar mengubur pasar tradisional dengan segala kecanggihannya. Atas nama kemajuan pasar-pasar tradisional banyak yang direnovasi, namun hanya sebatas pembangunan fisiknya. Sementara sistem perdagangan yang ada di dalamnya tidak tahu harus diapakan. Pemerintah nampaknya juga tidak tahu harus bagaimana selain membiarkan begitu saja, yang penting sarana untuk jual beli pada pasar itu sudah direnovasi sedemikian rupa. Setidaknya sudah tuntas penyerapan anggaran dana yang sudah dialokasikan oleh pemerintah melalui APBD dan semacamnya.

Ada yang harus diperhatikan pada indikator-indikator yang melingkupi dunia pasar tradisional. Karena pada faktanya pasar tradisional menjadi tumpuan utama saat bangsa ini menghadapi berbagai macam badai ekonomi. Di pasar itulah perputaran uang terjadi sehingga mampu mendongkrak stabilitas ekonomi masyarakat. Tapi pada faktanya keberadaan pasar tradisional berikut fungsi dan aktivitas didalamnya bukan bidang yang populer untuk diangkat sebagai tanggungjawab pemerintah, namun bisa jadi justru akan menjadi pesaing kuat yang harus dipadamkan agar sekelompok orang yang punya modal seperti minimarket, pasar swalayan, bahkan mall-mall makin gencar dipromosikan untuk terus berkembang. Secara lahiriyah memang minimarket dan semacamnya itu nampak bisa diasumsikan sebagai wujud kemajuan masyarakat tapi konsekuensinya mempertajam jurang kesenjangan sosial. Sehingga akan berdampak bahkan bertolak belakang dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara luas. Karena kesuksesan minimarket, mall-mall dan sejenisnya hanyalah akan dinikmati sekelompok masyarakat tertentu. Bukan berarti melarang seseorang atau kelompok pemilik modal sukses, namun tetap perlu diperhatikan keseimbangan antara pasar tradisional dan pasar modern.

Masalahnya kompetensi orang-orang pemerintah yang membidangi regulasi pasar nampaknya tidak cukup memadai. Mereka hanya sebatas menjalankan rutinitas sebagai pejabat atau pegawai pemerintah selebihnya nihil inovasi apalagi kreativitas untuk mendongkrak keberfungsian pasar tradisional. Sehingga masyarakat pengguna pasar tradisional harus berjuang hidup dan mati sendirian menghalau gempuran pasar modern yang kian membabi buta dalam mengeruk keuntungan. Dan itu sah-sah saja namanya juga usaha tentu keuntungan sebanyak-banyaknya adalah tujuan utama. Hanya saja nampaknya memang sudah tidak ada keperpihakan pemerintah pada masyarakat kelas bawah karena pasar tradisional itu diantaranya meliputi para petani, peternak, pedagang, selebihnya adalah buruh-buruh atau pekerja lepas di lingkungan sekitar pasar.

Saat ini bila mengharap pemerintah bergerak untuk meningkatkan mutu dan fungsi pasar tradisional hanyalah seperti mimpi di siang bolong. Satu-satunya harapan hanya pada semangat dan kekuatan individu para pelaku dagang di pasar tradisional sampai akhir menutup mata.

Maka benarlah para pujangga bilang bahwa kelak akan hadir jaman yang mana pada jaman itu Pasar Ilang Kumandange, pasar kehilangan makna, pasar hilang fungsinya, pasar sudah tidak ramai yang artinya bisa sepi transaksi jual beli, bisa juga sepi karena jumlah pedagang dan pembeli terus menyusut. Saat ini perlahan tapi pasti waktu telah merangkak menuju Pasar Ilang Kumandange, pasar sudah hilang keramaiannya sebagai sebuah pasar. Situasi yang buruk akan datang menyangkut Sandang Pangan dan Papan. Pasar Ilang Kumandange bisa diartikan akan ada penderitaan yang luar biasa menimpa seluruh masyarakat dan bangsa karena sistem perdagangan akar rumput sudah mati, otomatis ekonomi jalan ditempat lama-lama mandek akhirnya mati ngadek.

Ini bukan pesimistis, tapi mencoba untuk realistis. Kenyataan memang tidak jarang menyakitkan, tapi begitulah fakta. Walau sejuta propaganda atas nama kemajuan terus didengungkan, fakta tidak pernah bohong. Kecuali seluruh penduduk di pelosok negeri ini adalah para pembohong.