Ya, memang nama sebuah jalan tidak harus dibuktikan dengan adanya wujud dari nama tersebut pada sepanjang jalan itu. Seperti Jalan Anggrek Kota Blitar. Yang saat ini makin nampak panas dan cenderung gersang karena hampir tidak ada pohon yang mampu menyejukkan. Sehingga udara panas saat kemarau makin menambah rasa sumuk.
Tidak ada yang perlu disalahkan, ini hanya sebuah pandangan umum saja. Pada faktanya kota Blitar memang makin gersang seiring makin giatnya pembangunan fisik berupa gedung-gedung perkantoran, pertokoan, perumahan dst. Konsekuensinya banyak pohon yang dulu mampu melindungi pengguna jalan dari terik matahari kini harus rela tersengat panasnya sinar matahari. Udara juga makin pengap. Secara psikologi juga meningkatkan temperamen orang-orangnya.
Harus ada yang mencari teknis agar Kota Blitar kembali memiliki udara segar. Walau di beberapa sudut kota sudah dibuatkan taman-taman yang dipenuhi bunga-bungaan. Tentu saja itu sudah mendukung kesejukan mata memandang. Namun belum mampu menyejukkan udara sekitar.
Memang benar, di bagian tertentu Kota Blitar, sudah terdapat semacam hutan buatan. Tapi nampaknya belum mencukupi untuk mengusir udara panas yang menyelubungi Kota Blitar saat kemarau. Karena geliat pembangunan gedung-gedung tidak pernah berhenti dan akan terus berkembang, bila tidak diimbangi aksi greening tentu panasnya udara Kota Blitar makin gila. Walau saat ini memang jaman edan, setidaknya gak perlu ikut edan dengan masa bodo melihat Kota Blitar. Kecuali memang sudah terlanjur EDAN semua.