Adakah yang memperhatikan? Peringai bangsa Indonesia makin merendah tingkat moralitasnya. Dari atas sampai bawah, sudah tidak ada lagi yang bisa dipercaya. Kebaikan-kebaikan hanyalah pencitraan belaka, selebihnya adalah keburukan serta kejahatan yang terselubung.
Rasanya makin sulit menemukan sebuah kebenaran di negeri ini. Kejujuran hampir sudah punah di hamparan bumi pertiwi. Tinggal puing-puing idealis yang juga tak luput dari cemoohan dan ejekan di hadapan wajah sangar Netizen yang maha benar.
Kejahatan dan keburukan di negeri ini nampaknya akan terus melenggang jaya. Melihat generasi tua juga tak kunjung muncul tauladannya. Sementara generasi muda mayoritas sudah terjerat belenggu hedonisme. Yang lepas dari jeratan hedonisme sudah masuk belitan dogma agama yang lebih menyeramkan.
Anak-anak yang harusnya mendapat lingkungan yang sehat dari saratnya berbagai kepentingan ternyata juga harus dirampas oleh fakta lingkungan yang makin membusuk. Tidak ada lagi ruang untuk sekedar hidup sebagai layaknya anak-anak. Begitu lahir sudah harus berjibaku menuruti kehendak orang tua dan masyarakat yang makin sengit menuntut agar lekas dewasa.
Sempurnalah jalan menuju kehancuran negeri ini. Tinggal bagaimana manusia-manusia yang hidup saat ini menghambat kehancuran atau justru ngegas hingga lekas sampai puncak kehancuran itu sendiri.
Tak ada yang akan selamat, kecuali orang-orang yang bertekat dan berani ambil resiko besar untuk melepaskan diri dari jalur-jalur kehancuran. Sayangnya untuk menjadi berani tidaklah mudah, karena butuh intelektualitas yang tinggi, sehingga mampu membaca kahanan yang sesungguhnya di negerinya sendiri sebelum mengambil langkah ke jalur lain menjauh dari kehancuran massal.
Kendala utama adalah sudah tertutup jalan bagi siapapun untuk meningkatkan intelektualnya. Karena pendidikan umum maupun khusus (agama) sudah dikuasai kelompok-kelompok tertentu untuk sebuah goal sesuai visi dan misi kelompok tersebut. Sehingga sudah sangat sulit bagi seseorang untuk mampu berfikir waras tanpa embel-embel doktrin lingkungan dimana ia berada.
Kendala kedua, kualitas manusianya yang memang makin menurun. Sehingga dipompa seperti apapun akan sia-sia. Dan penurunan kualitas manusia tersebut bukan tanpa skema. Namun sedikit sekali yang mengetahuinya.