Posted inOpini

Menyongsong Larang Sandang Pangan

Spread the love

Tidak ada salahnya kita meningkatkan kepekaan, interesting, pada kahanan alam. Menyangkut cuaca, iklim, bahkan musim. Lalu kita sambungkan dengan perkembangan geopolitik internasional. Karena apa yang terjadi di luar sana akan membawa dampak pada negeri kita. Lebih khusus lagi, monggo kita cermati kebutuhan dasar masnusia, sandang, pangan dan papan. Karena tidak menutup kemungkinan di depan sana ada masa krisis soal tiga kebutuhan hidup yang paling mendasar tersebut.

Yang paling utama adalah soal pangan. Pangan kebutuhan pokok setiap manusia yang masih hidup. Panasnya suhu politik baik di luar maupun dalam negeri, tidak bisa dipungkiri, pemerintah kita cenderung menomor sekiankan terhadap kebutuhan pokok rakyatnya. Karena boleh jadi memang belum menjadi skala prioritas, semua masih fokus pada persiapan pesta demokrasi yang akan digelar sebentar lagi. Mengharap pemerintah tanggap dan sigap terhadap stabilitas sandang pangan dan papan rakyatnya nampaknya beberapa tahun ke depan belum bisa diandalkan. Kecamuk permainan politik mendekati pemilu akan menguras perhatian mereka, sehingga segala hal-hal yang ada hubungan dengan kebutuhan pokok rakyat akan dieksekusi secara instan. Kalaupun ada yang mengambil langkah konsentrasi terhadap kebutuhan pokok rakyat, tendensi politisnya sangat kental. Jadi bukan karena ketulusan memikirkan rakyat, tapi hanya untuk mendongkrak elektabilitas nama tokoh politik atau partainya belaka.

Khusus di Blitar, nampaknya nanti masyarakat harus berjuang sendiri. Kita harus kreatif mencari cara bertahan hidup. Mungkin saat ini belum begitu terasa, namun saat kebutuhan pangan benar-benar langka, kengeriannya tidak bisa dibayangkan. Para Lurah harus tanggap sasmita. Bila pemerintah kabupaten maupun kota tidak ada agenda atau program peningkatan kualitas dan kuantitas pangan maka pertahanan terakhir ada di tangan para Lurah. Jika lurah-lurah juga tidak ada feeling, maka tinggal kemampuan pak RT dan RW. Bahayanya apabila semua lolos tidak ada perhatian sedikit pun pada kebutuhan pangan warga, maka mau tidak mau setiap warga harus jungkir-balik sendiri mempertahankan hidupnya sendiri dan keluarganya.

Ini bukan soal kaya atau miskin. Tapi ketersediaan bahan baku pangan yang disinyalir akan menjadi langka. Selain karena musim atau cuaca yang tidak mendukung, kemungkinan terjadinya gagal panen akan meyempurnakan paceklik nasional. Hal terburuk bila kelangkaan pangan terjadi adalah chaos nasional. Paceklik adalah sebutan untuk keadaan yang mana tidak ada ketersediaan bahan pangan. Bisa karena alam bisa juga karena manusianya.

Kalau faktor alam mungkin masih bisa dimaklumi karena memang tidak ada yang bisa dilakukan untuk melawan alam. Namun bila karena faktor manusianya maka sungguh keteledoran yang maha teledor. Karena negeri ini diberikan tanah subur yang melimpah, tentu menjadi konyol apabila tidak mampu mengolah alam untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Bahkan harusnya melimpah sehingga mampu ekspor ke Negara tetangga bukan hanya untuk menambah income tapi sekaligus wujud syukur bisa membantu Negara lain yang membutuhkan bahan pokok dari hasil bumi Nusantara. Faktanya, pemerintah kita malah banyak impor untuk kebutuhan pokok sehari-hari. Sesuatu yang harusnya mustahil namun ternyata benar-benar terjadi.

Sebagai langkah preventif untuk menghadapi masa paceklik yang mudah-mudahan tidak terjadi, alangkah baiknya bila kita mulai dari diri sendiri dengan memanfaatkan pekarangan yang ada. Bagi yang sama sekali tidak punya pekarangan, kiranya masih bisa menanam sayur, buah, apa saja yang mampu menghasilkan sesuatu yang dapat dimakan, dengan cara tabulapot, tanaman buah dalam pot. Bisa juga menanam sayuran menggunakan polyback, kaleng bekas dan semacamnya. Yang intinya latihan bertahan hidup dengan segala cara memanfaatkan pekarangan seadanya.

Tentu semua itu tidaklah mudah. Karena sekian tahun bahkan puluhan tahun mayoritas abai dan tidak tertarik sama sekali untuk berurusan dengan tanaman. Namun sebelum kelangkaan pangan benar-benar menghampiri setidaknya kita sudah latihan untuk menghasilkan pangan sendiri walau dalam skala kecil.

Selain mampu menghasilkan sesuatu yang bisa dimakan sendiri, hijau daun dari segala tanaman yang ada di sekitar rumah tentunya akan menambah kesejukkan dan kesegaran udara. Dan tentu saja apabila penataannya sedemikian rupa juga akan menambah keindahan. Maka nikmat Tuhan manakah yang kita dustakan?