Posted inArtikel

Jalan Merdeka

Spread the love
Depan Aloon-aloon Kota Blitar 2009

Ada rindu menyesakkan dada dikala ingat masa yang belum terlalu lampau, pada sebuah jalan protokol di Kota Blitar sekitar 2009. Iya, Jalan Merdeka Kota Blitar. Kangen ini menumbuhkan harapan pada kedamaian dan ketenangan di masa itu kapan kiranya hadir kembali. Atau mungkin justru menimbulkan sebutir kerikil putus asa apabila melihat fakta saat ini yang mana wabah corona belum juga menemui titik terang kapan berakhirnya.

Gedung Dwipayana Jl. Merdeka Kota Blitar

Lebih jauh ke masa yang agak silam, sekitar tahun 90’an. Selaksa peristiwa berbaris rapi menari dan menyanyi sendu. Kala itu, di sepanjang jalan Merdeka, ada aloon-aloon yang masih alami tanpa polesan pernak-pernik kreasi modernisasi, ada gedung bioskop Dwipayana dengan bangunan klasik, ada rumah-rumah penduduk dengan ciri khas tempo doeloe dan seterusnya yang kesemuanya itu manampakan keasrian Kota Blitar. Selaras dengan hawa sejuk yang mendominasi seluruh antero Blitar.

Gedung Dwipayana th 2020

Namun keasrian Blitar yang alami mulai terkikis oleh derasnya gelombang modernisasi. Dan hal ini bukan sesuatu yang perlu dikutuk ataupun dicacimaki. Penerimaan akan sebuah fakta mungkin akan membantu untuk mencari celah apa dan bagaimana membangun Blitar tanpa meninggalkan kelestarian alamnya. Membangun Blitar dengan wawasan kultur dan budaya yang mengakar pada keselarasan manusia dan alam.

Dari apa yang nampak mata, mungkin bisa diilustrasikan bagaimana wajah Kota Blitar saat ini dan seterusnya akan terbentuk oleh dan dari tangan-tangan yang kuat secara finansial, dilengkapi dengan oleh siapa yang sedang memegang tampuk pimpinan pemerintah daerah, sehingga ada kecenderungan luput dari sisi pelestarian alamnya. Karena orientasi pembangunan adalah hanya pada profit oriented, segalanya harus membawa keuntungan dalam hal ini adalah uang. Dan itu sudah biasa, tidak perlu dibahas, apalagi dikupas.

Memang akan terlihat jelas meningkatnya aktifitas pembangunan fisik di mana-mana, dan semua akan terhanyut pada asumsi bahwa pemerintah sedang membangun daerahnya demi rakyat tercinta. Namun kalau mau sedikit saja mencermati apa tujuan dari yang sedang dibangun maka keperpihakan manfaat pembangunan itu akan gampang tersirat.

Sementara untuk dapat meraih berkat dari hasil pembangunan harus melewati prosedur birokasi yang hampir mustahil untuk dapat direngkuh oleh rakyat jelata. Karena untuk memenuhi persyaratan tersebut kemungkinan sudah keburu mati, kelaparan.

Mungkin kalau boleh digambarkan, kehidupan sekarang ibarat siapa yang paling kuat akan menjabat, siapa yang paling serakah akan menguasai wilayah, siapa yang paling rakus akan menang terus. Walau banyak orang sudah tahu semua itu hanya pencapaian semu namun mereka mampu menipu diri dan orang sekitarnya selaku pengikut militan bahwa itulah puncak prestasi hidup di .muka bumi. Sesuatu yang sungguh mengasyikkan sekaligus mengerikan.

Kembali ke Jalan Merdeka. Jalan yang tidak terlalu panjang, namun banyak menyimpan kenangan bagi orang Blitar. Kenangan itu akan terus memburam oleh riaknya jaman. Hingga kenangan itu lenyap tak berbekas karena yang memiliki kenangan satu persatu meninggalkannya untuk memenuhi takdirnya, pindah ke alam kelanggengan, dan Jalan Merdeka akan terus menjadi saksi sekaligus setia melayani orang-orang Blitar dalam memenuhi kebutuhannya sampai the end.

Depan Aloon-aloon Kota Blitar 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *