Musik Calong yang serba terbuat dari bambu mulai terdengar, penonton yang hanya beberapa orang nampak serius memperhatikan geguritan dan beberapa tembang dari para penembang langgam jawa. Tembang Blitar Kawentar sebagai pembuka keseluruhan rangkaian acara terlantunkan dengan apik.
Kalau tidak salah, event Seruling Purnama sudah digelar 3 kali ini. Namanya juga Seruling Purnama jadi penyelenggaraanya ya dimalam Bulan Purnama. Suara seruling pun tak henti-hentinya mengiringi acara demi acara. Sungguh sangat MAJAPAHIT banget.
Mungkin sedikit yang perlu menjadikan koreksi. Aksi seni pertunjukan yang dikemas dalam Seruling Purnama dipelataran Candi Penataran sebenarnya sangatlah bagus. Namun penonton sangat sulit melihatnya dengan jelas mengingat lampu penerangnya memang sengaja hanya mengandalkan cahaya obor sehingga jarak 3-5 meter sudah sulit menangkap aksi pertunjukkannya. Mungkin kedepannya event yang rencananya akan terus dilaksanakan setiap malam bulan purnama sudah menemukan cara agar pentas seni dapat dinikmati seluruh penonton atau undangan yang hadir.
Dan satu hal lagi yang mungkin juga perlu diperhatikan, Candi Penataran dipercaya adalah candi Palah yang disebut dalam prasasti Palah, dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Crnga (Grenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Grengalancana Digwijayottungadewa yang memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 – 1200, sebagai candi gunung untuk tempat upacara pemujaan agar dapat menetralisasi atau menghindar dari mara bahaya yang disebabkan oleh gunung Kelud yang sering meletus. Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca menceritakan perjalanan Raja Hayam Wuruk, yang memerintah kerajaan Majapahit antara tahun 1350 – 1389, ke candi Palah untuk melakukan pemujaan kepada Hyang Acalapati yang berwujud Girindra (raja penguasa gunung).
Maka Candi Penataran merupakan tempat suci yang tidak sembarang orang boleh berbuat sekehendak hatinya. Dan apabila melihat gelagat event Seruling Purnama di Candi Penataran yang tidak menutup kemungkinan bakal menjadi event besar, alangkah bijaknya untuk lebih memikirkan agar kegiatan yang bagus itu sekiranya tidak membuat kotor dan mengantisipasi terjadinya kerusakan pada elemen-elemen pendukung tersusunnya candi Penataran. Intinya, event Seruling Purnama sudah demikian bagus, tapi semua juga harus tetap menjaga kebesaran Candi Penataran berikut mengormati norma-norma yang diyakini para leluhur. Agar kita semua menjadi orang yang berbudi luhur.