Posted inOpini

Jeritan Karawitan

Spread the love

Perkembangan seni karawitan yang disinyalir terus mengkerut oleh terjangan badai seni modern membuat generasi muda tidak lagi meliriknya. Terlalu kuno. Ndeso. Dan primitif. Padahal Musik Karawitan yang didengungkan oleh seperangkat gamelan dari tangan-tangan pengrawit, sudah lama menjadi incaran bangsa asing untuk dipelajari bahkan banyak negara-negara lain yang mampu mepresentasikan Seni Karawitan. Banyak media pula yang telah mengangkat kabar bahwa di Belanda, Perancis sampai Jepang mengedukasikan seni karawitan pada beberapa sekolahan di negara-negara tersebut. Sungguh ironis, bila bangsa ini yang notabene pencipta Seni Karawitan sekaligus alat-alat gamelannya seakan membuangnya begitu saja.

Khusus di Blitar, masih ada beberapa tempat yang sekiranya dapat dijadikan pusat belajar seni karawitan. Hanya saja memang pada saat ini masih miskin peminat. Seperti yang baru-baru ini penulis datangi adalah di balai Makam Aryo Blitar. Di tempat itu telah tersedia seperangkat alat Gamelan berikut instrukturnya. Dari sekilas pantauan penulis, yang masih memiliki minat belajar karawitan disana justru mbah-mbah ( nenek-nenek dan kakek-kakek ) yang kelihatan masih punya semangat belajar diujung usianya yang rata-rata sudah berkepala lima.

Seni Karawitan memang bukan seni populer saat ini di Indonesia. Blitar salah satu kota kecil di pulau jawa dan sebagaimana yang kita tahu semua bahwa jawa merupakan pusat bergemanya seni karawitan maka tidak ada salahnya apabila Blitar mau bergerak maju nguri-nguri budaya adi luhung itu. Blitar harus berani mendobrak kencangnya arus hedonisme yang mulai merasuk ke sendi-sendi lapisan masyarakat, melalui seni karawitan akan menggugah kepekaan rasa dan karsa, memperhalus interaksi antar manusia yang mengacu pada unggah-ungguh alias tepa selira serta secara tidak langsung meningkatkan citra Blitar sebagai kota yang beradab dan berbudaya tinggi.

Secara grambyangan ( kasar ) bila mau meilhat potensi Blitar dalam memajukan karawitan mungkin penulis dapat mengutarakannya sebagai berikut:
Memang benar, Blitar terdapat dua wilayah yaitu Kabupaten dan Kota, tapi mari kita lihat bersama bahwa itu hanyalah untuk mempermudah keadministrasian dalam hal koordinasi saja. Artinya ya mari kita lihat Blitar itu satu kesatuan wilayah yang dibagi dua untuk mempermudah koordinasi, bukan malah mempersulit kemajuan Blitar itu sendiri.

Selanjutnya, yang penulis tahu, di Blitar sudah ada DKKB [Dewan Kesenian Kabupaten Blitar] sebagai wadah dari keseluruhan bidang seni yang ada di kabupaten Blitar. Sehubungan dengan Seni Karawitan, DKKB bisa mengadakan koordinasi dengan Dinas Pariwisata Blitar atau Dinas Pendidikan Daerah Blitar untuk membuat format bagaimana memasukkan unsur seni tersebut baik bidang yang diwenangi Dinas Pariwisata Blitar atau pun Dinas Pendidikan Daerah Blitar. Dinas pariwisata mempersiapkan ajang atau wadah guna presentasi sementara Dinas Pandidikan Daerah mempersiapkan peserta yang akan mengisi ajang yang telah disediakan Dinas Pariwisata. Tentu saja Dinas Pendidikan Daerah bisa memberikan instruksi pada lembaga-lembaga dibawah naungannya. Pun demikian dengan Dinas Pariwisata bisa merangkul pihak swasta atau independent untuk bersama-sama mengelola bidang tersebut atau bahkan dikolaborasikan dengan berbagai event yang sudah terprogram sejak lama di lingkungan Dinas Pariwisata itu sendiri.

Sangat mungkin apa yang penulis sampaikan ini hanyalah omong kosong. Tapi atas dasar keinginan untuk memajukan Blitar di segala aspek kehidupan tanpa meninggalkan jatidiri maka sekiranya perlu adanya terobosan-terobosan jitu agar Blitar maju dengan martabat original berwawasan internasional.

Mengapa penulis kurang ajar berani menyentil Dinas Pariwisata Blitar dan Dinas Pendidikan Daerah Blitar (baik kota maupun kabupaten)? Sudah puluhan tahun kedua dinas tersebut berdiri dan bercokol di tlatah Blitar. Dan selama ini memang sudah menjalankan amanatnya sebagaimana mestinya sebagai dinas suatu kepemerintahan. Tapi apakah akan hanya seperti itu sampai kiamat? Menjalankan rutinitas yang itu-itu terus tanpa sedikitpun berani membuat terobosan signifikan yang tentu saja tidak harus sampai keluar rel kedinasan itu sendiri ? Bukan maksud penulis mengusik ketenangan, tapi sekali lagi untuk sebuah kemungkinan alternatif lain dalam memajukan Blitar. Meskipun bagusnya Seni Karawitan di Blitar juga belum tentu menjadi jaminan sebuah makna kemajuan itu sendiri. Tergantung dari mana sudut pandang kemajuan Blitar dari masing-masing pihak yang memandang.

Memang seluruh lini kehidupan di Blitar harus berani serentak maju kedepan, ada satu saja lini yang masih mementingkan kepentingan pribadi maupun golongan maka akan sangat mengganggu langkah-langkah atau kebijakan-kebijakan menuju kemaslahatan masyarakat Blitar. Idealnya memang harus terjalin koordinasi yang excellent antar lini, setidaknya masih ada yang mau mengupayakan agar Blitar tidak jatuh pada titik nadzir, kolaps.

Tahun kemarin penulis yang tergabung dalam Blitarian Community pernah berusaha menyelami Seni Karawitan setelah koordinasi dengan Kepala Dinas Pariwisata kota Blitar. Kami sadar betul, tidak ada satupun dari kami yang paham akan kesenian tersebut. Hanya modal tekad dan upaya menghapus kebodohan akhirnya kami belajar Karawitan setiap malam Jum’at di ruang gamelan milik Kantor Dinas Pariwisata kota Blitar. Dan kegiatan itu telah berjalan beberapa bulan waktu itu (2009) . Memang kami belum mahir, tapi sekilas kami menemui jalan buntu ketika tiada tangga lagi untuk melangkah mengapresiasikan seni karawitan itu sendiri. Maksudnya, kami kehabisan tenaga bila juga harus membangun atau menyediakan wahana guna presentasi kesenian. Mungkin juga hal serupa dialami para pengrawit-pengrawit di Kota Blitar  lainnya.

Bila melihat perkembangan dunia pendidikan terkini, yang mana siswa-siswi ditekan untuk memperoleh prestasi intelektual yang tinggi, boleh dibilang memang nampak bagus pencapaiannya. Tapi apabila tidak diiringi dengan nilai-nilai kemanusian, norma, etika tentu bisa dibayangkan bagaimana orang pintar dan pandai tanpa sedikitpun mengerti norma-norma kemanusian. Orang baik tapi bodoh akan dilumat orang pintar yang jahat. Semoga Blitar penuh orang-orang pintar yang baik.

 

One thought on “Jeritan Karawitan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *